Entis 'Limbad' Sutisna (39), menangkap sedikitnya 12 ular sanca dalam kurun waktu setahun di sekitar area Perumahan Pondok Hijau Indah yang berlokasi di Kampung Cicarita, Desa Ciwaruga, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.
Enam dari 12 ular yang ditangkapnya kini jadi koleksi pribadi, yakni tiga sanca manuk, dua sanca kembang, dan satu sanca batik.
"Sudah sekitar 12 kali saya nangkap ular di sekitar perumahan sini. Tapi ada juga di daerah lain yang lokasinya tidak jauh dari perumahan," kata Entis saat ditemui di warung sekaligus rumahnya di area Perumahan Pondok Hijau Indah, Sabtu (11/6/2011).
Pria yang dijuluki Limbad oleh warga sekitar ini menurutkan, ular pertama ditangkapnya setahun lalu adalah sanca batik, kini beratnya 17 kilogram dengan panjang 3,4 meter. Sementara ular terakhir yang ditangkapnya sekitar dua minggu lalu yakni ular jenis sanca batik.
"Kebanyakan ditemukan sama warga ularnya di pohon. Mereka biasanya lapor ke saya kalau ada ular. Saya yang ngambil ularnya karena warga lain takut," tuturnya.
Sejak setahun terakhir ini, ia yang dijuluki Limbad itu mendadak jadi pawang ular. Setiap ada laporan penemuan ular, Entis selalu jadi yang pertama menangkapnya.
"Kalau disebut pawang sih tidak, saya juga masih belajar. Tapi orang-orang selalu manggil saya kalau ada ular," ujarnya merendah.
Ia mengaku sengaja memelihara ular-ular yang ditangkapnya. Selain menyukai hewan melata itu, Entis juga khawatir jika ular kembali dilepaskan bakal mati di tangan orang lain.
"Saya pindahin rumah mereka, yang tadinya di alam liar ke kandang. Daripada ditemukan orang terus dibunuh, mending saya kandangin di rumah. Kasihan kalau mereka mati," jelasnya.
Disinggung banyaknya ular yang ditangkap di area perumahan, Entis mengatakan karena habitat atau tempat tinggal ular terganggu. Sejak adanya perumahan itu lebih dari 20 tahun lalu, tempat tinggal ular semakin menyempit.
"Karena adanya perumahan. Di sini juga ada beberapa curug yang diurug (ditimbun - red), makanya tempat tinggalnya makin sempit. Selain itu, ular biasanya keluar untuk mencari makan," cetus Entis yang menduga masih ada ular berkeliaran di sekitar perumahan.
Di rumah sekaligus warung sederhananya itu, dia membuat sebuah kandang ukuran sekitar 1x0,5 meter yang di simpan di bagian samping. Kandang itu terbuat dari kayu dan kawat.
"Lumayan jadi banyak yang datang ke warung buat jajan sekaligus lihat ular koleksi saya," terang Entis.
Sementara disinggung nama panggilan Limbad, ia mengaku adalah panggilan warga sekitar. "Katanya saya mirip Limbad. Tapi kalau menurut saya sih enggak," paparnya.
Sepintas, Entis memang terlihat mirip sang magician Limbad. Terlebih jika rambutnya yang panjang sebahu serta agak ikal itu digerai.
(ors/bbn)
Enam dari 12 ular yang ditangkapnya kini jadi koleksi pribadi, yakni tiga sanca manuk, dua sanca kembang, dan satu sanca batik.
"Sudah sekitar 12 kali saya nangkap ular di sekitar perumahan sini. Tapi ada juga di daerah lain yang lokasinya tidak jauh dari perumahan," kata Entis saat ditemui di warung sekaligus rumahnya di area Perumahan Pondok Hijau Indah, Sabtu (11/6/2011).
Pria yang dijuluki Limbad oleh warga sekitar ini menurutkan, ular pertama ditangkapnya setahun lalu adalah sanca batik, kini beratnya 17 kilogram dengan panjang 3,4 meter. Sementara ular terakhir yang ditangkapnya sekitar dua minggu lalu yakni ular jenis sanca batik.
"Kebanyakan ditemukan sama warga ularnya di pohon. Mereka biasanya lapor ke saya kalau ada ular. Saya yang ngambil ularnya karena warga lain takut," tuturnya.
Sejak setahun terakhir ini, ia yang dijuluki Limbad itu mendadak jadi pawang ular. Setiap ada laporan penemuan ular, Entis selalu jadi yang pertama menangkapnya.
"Kalau disebut pawang sih tidak, saya juga masih belajar. Tapi orang-orang selalu manggil saya kalau ada ular," ujarnya merendah.
Ia mengaku sengaja memelihara ular-ular yang ditangkapnya. Selain menyukai hewan melata itu, Entis juga khawatir jika ular kembali dilepaskan bakal mati di tangan orang lain.
"Saya pindahin rumah mereka, yang tadinya di alam liar ke kandang. Daripada ditemukan orang terus dibunuh, mending saya kandangin di rumah. Kasihan kalau mereka mati," jelasnya.
Disinggung banyaknya ular yang ditangkap di area perumahan, Entis mengatakan karena habitat atau tempat tinggal ular terganggu. Sejak adanya perumahan itu lebih dari 20 tahun lalu, tempat tinggal ular semakin menyempit.
"Karena adanya perumahan. Di sini juga ada beberapa curug yang diurug (ditimbun - red), makanya tempat tinggalnya makin sempit. Selain itu, ular biasanya keluar untuk mencari makan," cetus Entis yang menduga masih ada ular berkeliaran di sekitar perumahan.
Di rumah sekaligus warung sederhananya itu, dia membuat sebuah kandang ukuran sekitar 1x0,5 meter yang di simpan di bagian samping. Kandang itu terbuat dari kayu dan kawat.
"Lumayan jadi banyak yang datang ke warung buat jajan sekaligus lihat ular koleksi saya," terang Entis.
Sementara disinggung nama panggilan Limbad, ia mengaku adalah panggilan warga sekitar. "Katanya saya mirip Limbad. Tapi kalau menurut saya sih enggak," paparnya.
Sepintas, Entis memang terlihat mirip sang magician Limbad. Terlebih jika rambutnya yang panjang sebahu serta agak ikal itu digerai.
(ors/bbn)
Entis 'Limbad' SutisnaTangkap Ular Pakai Tangan Kosong dan Ritual Khusus
"Pakai tangan kosong. Ini saya pelajari dari kakek saya dulu," ungkap Entis saat ditemui di warung sekaligus rumahnya di area Perumahan Pondok Hijau Indah, Sabtu (11/6/2011).
Menangkap ular memang bukan urusan mudah bagi Entis. Namun, ia punya trik dan ritual khusus guna menciduk hewan melata itu.
"Itu warisan dari kakek saya. Ada lah, semacam ilmu dan ritual khusus," ujarnya yang enggan membeberkan ilmu dan ritualnya.
Selain itu, sejak usia 13 tahun Entis sudah terbiasa bergaul dengan ular. "Dulu kakek juga pelihara ular, tapi kecil-kecil. Makanya sudah biasa, sampai sekarang jadi hobi," terangnya.
Meski punya 'ajian', Entis mengaku tak luput dari gigitan ular. Anehnya, ia tak pernah terluka parah apalagi hingga sakit.
"Tadi saya baru digigit. Ini bekasnya," ungkap Entis sambil menunjukkan luka robek di atas alis kiri.
(ors/bbn)
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih untuk tidak melakukan SPAM
Baca juga artikel menarik yang lainnya di :
http://veiledveiled.blogspot.com/