Dok. Timlo.Net/Aryo
Ki Manteb mengamati secara seksama satu per satu wayang peninggalan raja Pakubuwono (PB) dari balik kaca. Hasilnya, ia menyebut sebagian besar wayang yang terpampang di bagian depan setelah pintu masuk museum adalah hasil salinan. “Seperti contohnya wayang Putren yang asli cuma tinggal satu, lalu wayang Gedhog ini masih kurang antara 5 sampai 6 jumlahnya, begitu juga dengan wayang Tengen masih kurang antara 9 sampai 10. Hanya Putren yang masih menyisakan aslinya itu pun cuma tinggal satu,” ujarnya kepada para wartawan di Museum Radya Pustaka, Selasa (8/2).
Saat ditanya soal alasannya dengan menyebut sejumlah wayang di Museum Radya Pustaka adalah dapat dilihat dari ciri fisiknya. “Kalau Dalang seperti saya melihat wayang seperti ini akan dapat ketahuan asli atau palsu. Ini palsu karena dedege luwih cendek (perawakannya lebih pendek) atau kurang tinggi, padahal wayang asli itu perawakannya tinggi. Belum lagi warnanya yang tidak seperti wayang asli,” lanjutnya.
Secara terpisah, Ketua II Komite Museum Radya Pustaka, Sandjata, mengaku sedikit kecewa dengan kehadiran Dalang Ki Manteb Sudarsono yang menurutnya datang tanpa permisi dulu. “Saya itu seperti kecolongan saja. Wong saya itu kan ibaratnya yang punya tempat ini, lha kok tiba-tiba datang seperti tanpa permisi terlebih dahulu dan untuk apa kedatangannya,” katanya.
Sementara tanggapannya mengenai pernyataan Ki Manteb yang menyebut hampir semua koleksi wayang di Radya Pustaka ini adalah palsu, pihaknya mengaku tidak menahu soal hal tersebut. “Terus terang saja, saya masuk (bekerja) pertama kali di sini memang sudah seperti ini keadannya,” pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih untuk tidak melakukan SPAM
Baca juga artikel menarik yang lainnya di :
http://veiledveiled.blogspot.com/