Inilah Kebohongan dan Kelicikan Para Petinggi Ahmadiyah Dalam Upaya Mencari Simpati Publik [Part 2]

Written By Jandika on Friday, February 25, 2011 | 5:22:00 PM

Kasus Cikeusik

Dalam konteks ini, kasus Cikeusik, Pandeglang, pada 6 Februari 2011 lalu, diduga merupakan rekayasa Ahmadiyah untuk menarik simpati masyarakat luas, bahkan dunia internasional. Suparman tokoh Ahmadiyah Cikeusik tidak menolak ketika aparat keamanan mengevakuasi dirinya sekeluarga untuk menghindari kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Namun Deden Sujana, yang mengaku sebagai kepala kemananan nasional Ahmadiyah, dengan dalih menjaga aset Ahmadiyah di Cikeusik, pasca dievakuasinya Suparman, justru menolak tawaran aparat untuk meninggalkan lokasi meski sudah disampaikan adanya kemungkinan penyerbuan dari warga masyarakat yang jumlahnya tidak sedikit. Deden ketika itu seperti menantang mengatakan: “Lepasin saja. Biar saja kita bentrok, biar seru. Kan asyik Pak. Masa kita diginiin diem saja Pak. Biar banjir darah di sini.”

Akhirnya bentrokan terjadi. Pemicunya, karena pihak Ahmadiyah memulainya. Deden meninju bagian muka salah seorang pentolan penyerang berpita biru. Kemudian diiringi dengan lemparan batu dan benda-benda lainnya. Sebelumnya, ajakan Suparta untuk berdialog dibalas dengan sabetan clurit, sehingga Suparta harus dirawat di rumah sakit dengan sejumlah jahitan.

Kekerasan yang dilakukan pihak Ahmadiyah terhadap Suparta membuahkan kekerasan yang lebih keras lagi. Ujang, adik Suparta tidak tinggal diam kakaknya jadi korban kekerasan Ahmadiyah. Ia dan sejumlah temannya melakukan aksi balasan. Maka, terjadilah kasus 6 Februari 2011, dengan menghasilkan tiga korban nyawa melayang dari pihak Ahmadiyah.

Boleh jadi, bagi Ahmadiyah, pengorbanan tiga nyawa anggota mereka sangat sebanding dengan hasil yang diraihnya yaitu simpati masyarakat luas hingga manca negara. Apalagi, pihak Ahmadiyah sudah mempersiapkan diri dengan sistem pendokumentasian video yang cukup terlatih. Apalagi ada dukungan dari Andreas Harsono dari HRW (Human Right Watch) yang mengunggah (upload) file digital kasus kekerasan itu ke media publik You Tube, terutama bagian-bagian yang menguntungkan Ahmadiyah.

Dalam tempo singkat, umat Islam jadi tertuduh. Sementara itu, Ahmadiyah yang sesat dan menyesatkan ini –atas rekayasa licik tersebut-- berada dalam posisi yang patut dikasihani, karena telah menjadi korban kekerasan Islam garis keras. Maka, laron-laron AKKBB pun beterbangan menyampaikan opini yang ngawur dan tendensius.

Bila boleh berandai-andai, seandainya Suparta tidak dibacok oleh pihak Ahmadiyah, boleh jadi kekerasan tidak timbul sebegitu. Tapi, kemungkinan pengorbanan itu sudah diperkirakan pihak Ahmadiyah. Bagi mereka, itu merupakan bentuk kongkrit “jihad” membela agamanya, keyakinannya terhadap nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad sang pendusta. Mereka merasa mati syahid. Padahal, tidak ada mati syahid dalam membela kesesatan, dalam membela nabi palsu.

Kasus Cikeusik rupanya telah dijadikan semacam inspiring moment bagi sebagian kalangan. Misalnya, kalangan syi’ah. Kasus penyerangan Pesantren Yapi, Pasuruan, Jawa Timur salah satu wujud kongkritnya. Menurut Munir Shohih Sekretaris Ahlussunah wal Jama’ah (Aswaja), ketika sekitar seratus jamaah Aswaja usai menghadiri undangan maulud Nabi di Singosari, mereka melintas di depan Pesantren Yapi. Tiba-tiba iring-iringan jama’ah Aswaja ini dilempari batu yang berasal dari dalam Pesantren Yapi. Maka terjadilah aksi balasan.

Aksi balasan ini menjadi kian berwujud anarkis ketika satpam pada Pesantren Yapi justru membuka pintu gerbang sambil menantang: “Ayo masuk kalau berani.” Maka, para jamaah Aswaja ini pun terprovokasi, dan masuk menyerbu kawasan pesantren Yapi yang selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan berpaham syi’ah. (Baca artikel Syi’ah memusuhi Islam di nahimunkar.com. ternyata syi’ah itu lebih kejam terhadap Islam dibanding orang kafir sekalipun).

Sikap satpam pesantren Yapi yang membuka pintu gerbang dan “mempersilakan” jamaah Aswaja masuk, seolah-olah membuka peluang selebar-lebarnya untuk terjadinya aksi balasan yang tidak sekedar adu mulut. Dan kenyatannya, itulah yang terjadi. Maka, simpati pun mengalir, meski tidak sederas simpati yang mengalir kepada pihak Ahmadiyah pasca kasus Cikeusik. Yang jelas, umat Islam kembali jadi tertuduh. Sekelompok organisasi dikambinghitamkan bahkan diancam untuk dibubarkan.

Pola serupa juga terjadi pada kasus 1 Juni 2008, ketika iring-iringan massa AKKBB merubah rute yang telah disepakati dengan aparat kepolisian. Karena merubah rute, maka iring-iringan massa AKKBB ini berpapasan dengan iring-iringan massa Laskar Islam yang salah satu pimpinannya Munarman. Ketika itu massa AKKBB juga ingin menempati kawasan Monas yang sejak awal sudah disepakati digunakan oleh massa Laskar Islam. Terjadilah bentrokan, Ketika bentrokan terjadi, Saidiman (korlap AKKBB) mengeluarkan sumpah serapah berupa: “Dasar binatang-binatang. Islam anjing, orang Islam anjing…”

Kekerasan verbal yang diproduksi Saidiman menghasilkan balasan berupa kekerasan fisik. Dan tentu saja yang menarik perhatian media massa adalah meliput dan memblow-up kekerasan fisik yang dilakukan massa Laskar Islam. Penyebab utamanya sama sekali tidak menarik untuk diungkap atau sekedar disinggung. Begitulah watak media nasional kita yang minus pertimbangan moral di dalam menentukan angle berita.

Dalam tempo singkat, umat Islam jadi tertuduh. Pendukung kesesatan berada dalam posisi yang teraniaya dan patut didukung. Manipulasi opini seperti ini ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu bisa menghasilkan kebakaran.

Merekayasa simpati dalam rangka meraih dukungan yang luas, juga menjadi semacam modus operandi bagi seseorang yang berhajat menduduki kursi number one di Indonesia. Ketika musim pemilu sudah kian dekat, ia memposisikan diri sebagai sosok yang teraniaya, terdzalimi secara politis. Pancingannya berhasil ketika salah seorang tokoh partai membalas sikapnya dengan ejekan “seperti anak kecil”. Maka, simpati pun mengalir. Hasilnya, ia mendapat dukungan suara terbanyak di antara kandidat pemimpin nasional kala itu. Hingga kini.

Rupa-rupanya, begitulah cara Ahmadiyah, Syi’ah dan para pendukung kesesatan (AKKBB) meraih dukungan. Yaitu, dengan cara merekayasa simpati, menjadikan diri sendiri sebagai korban kedzaliman yang teraniaya sembari menempatkan orang lain pada posisi yang beringas dan tidak toleran, sehingga layak dibubarkan atau dienyahkan. Namun, AllahTa’ala ora sare (tidak tidur). Becik ketitik, olo ketoro. (Perbuatan baik akan tampak, dan perbuatan jelek akan tampak pula).

Kalau di dunia ini mereka masih bisa tertawa-tawa dengan rekayasa yang mereka lakukan untuk mengusung dan membela kesesatan, maka rekayasa itu siksanya kelak tidak akan menimpa kecuali pada pembuat dan pelakunya.

وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ [فاطر/43]

Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. (QS Fathir/ 35: 43).

فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَى نَفْسِهِ وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا [الفتح/10]

“…maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” (QS Al-Fath/ 48: 10).

Dalam hal mengingkari janji, syahadat saja oleh Ahmadiyah diingkari dan dipalsu, maka balasan siksa tentu akan menimpa mereka di akherat kelak. Demikian pula para pendukungnya, dan siapa saja yang dhalim, tentu kejahatannya itu akan menimpa mereka sendiri siksanya.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ [يونس/23]

Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS Yunus/ 10: 23).

Kalau toh mereka mendapatkan sedikit kesenangan duniawi dengan tipuan-tipuan ataupun dukungan terhadp kesesatan-kesesatan, maka itu hanyalah keni’matan duniawi yang sedikit. Sedang di akherat kelak akan menerima balasan apa yang mereka perbuat yang menyakitkan Ummat Islam, memalsu, menyesatkan, mengusungnya ataupun mendukungnya.

Jabatan ataupun harta yang diperoleh di dunia ini tidak seberapa dibanding siksa yang akan mereka derita kelak. Demikian pula simpati semu yang mereka raih dengan aneka rekayasa sekarang ini tidak seberapa dibanding siksa yang amat kerasnya di akherat kelak. Maka hendaknya mereka sadar, bertaubat, dan meninggalkan semua dusta dan kepalsuan yang memusuhi dan menghalangi Islam itu, sebelum waktu untuk bartaubat habis ketika sakaratul maut nyawa telah di tenggorokan, dan siksa yang sangat dahsyat pun sudah di depan mata.

Mirza Gulam Ahmad dengan Para Petinggi Pemerintah kolonial Inggris

Kerugian besar

Rekayasa Ahmadiyah mencari simpati itu hanyalah menambah kerugian besar.

1. Mengukuhkan dan melestarikan penyembahan terhadap Mirza Ghulam Ahmad. Karena syahadat yang mereka palsu maknanya itu diambil dari kitab Ahmadiyah, Tadzkirah. Sedang Tadzkirah itu memuat apa yang mereka sebut wahyu dari Allah namun isinya menuhankan Mirza Ghulam Ahmad. Yaitu Mirza Ghulam Ahmad mengaku bahwa Allah itu berasal dari Mirza Ghulam Ahmad

اَنْتَ مِنِّىْ وَاَناَ مِنْكَ

Kamu berasal dari-Ku dan Aku darimu.(Tadzkirah, halaman 436).

2. Pengakuan bahwa Tuhan itu dari diri Mirza Ghulam Ahmad adalah seperti pengakuan Fir’aun yang mengaku dirinya Tuhan yang Maha Tinggi. Dan itu mengakibatkan adzab di dunia maupun di akherat:

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى (15)
إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى (16) اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (17) فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى (18) وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى (19) فَأَرَاهُ الْآَيَةَ الْكُبْرَى (20) فَكَذَّبَ وَعَصَى (21) ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى (22) فَحَشَرَ فَنَادَى (23) فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى (24) فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الْآَخِرَةِ وَالْأُولَى (25) إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى [النازعات/15-26]

15. Sudah sampaikah kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa.
16. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa;
17. "Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,
18. dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)."
19. Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?"
20. Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar.
21. Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai.
22. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).
23. Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya
24. (Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi."
25. Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.
26. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya). (QS An-Nazi’at/79: 15-26).

3. Adzab di akherat mengepung pemimpin yang mengaku dirinya Tuhan dan pengikutnya.

3. وَحَاقَ بِآَلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ (45) النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ (46) وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ (47) قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ [غافر/45-48]

“…dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.
46. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang[1324], dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras."
[1324]. Maksudnya: dinampakkan kepada mereka neraka pagi dan petang sebelum hari berbangkit.
47. Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?"
48. Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: "Sesungguhnya kita semua sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan antara hamba-hamba-(Nya)." (QS Mu’min/ Ghafir/ 40:45-48).

Kerugian besar bagi pendukung dan pembela Ahmadiyah

1. Para pendukung dan pembela Ahmadiyah sangat rugi besar, karena berarti mereka sadar atau tidak sejatinya sama dengan mengiklankan diri bahwa diri mereka adalah sangat sesat sebagaimana Ahmadiyah yang mereka dukung.

Ketika mereka (pentolan-pentolan NU, LSM, Liberal, sepilis –sekuleris, pluralis agama dan liberalis, sebagian pejabat-pejabat, AKKBB dan kaum munafiqin) tadinya saat belum mendukung Ahmadiyah, mereka masih belum tampak secara jelas kesesatannya. Namun begitu mereka membela Ahmadiyah, maka jelaslah kesesatan mereka. Hingga orang awam pun (bila teguh Islamnya) maka faham betul bahwa ternyata mereka sesat.

2. Upah yang mereka terima di dunia ini, atau kedudukan yang mereka pertahankan, sama sekali tidak sebanding dengan dahsyatnya ancaman neraka kelak di Akherat. Karena sebagai pendukung kesesatan apalagi nabi palsu seperti Ahmadiyah itu, pendukungnya sangat diancam keras.

Mengenai pembela nabi palsu (terkena juga bagi orang yang membela pengikut nabi palsu, seperti membela Ahmadiyah hakekatnya membela nabi palsu pula), dalam Musnad Al-Humaidi diriwayatkan:

3. - حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِىُّ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ ظَبْيَانَ عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِى حَنِيفَةَ أَنَّهُ سَمِعَهُ يَقُولُ قَالَ لِى أَبُو هُرَيْرَةَ : أَتَعْرِفُ رَجَّالاً؟ قُلْتُ : نَعَمْ. قَالَ : فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ :« ضِرْسُهُ فِى النَّارِ أَعْظَمُ مِنْ أُحُدٍ ». فَكَانَ أَسْلَمَ ثُمَّ ارْتَدَّ وَلَحِقَ بِمُسَيْلِمَةَ.)مسند الحميدي - مكنز - (3 / 409)(

Dari Imran bin Dhabyan dari seorang dari Bani Hanifah (suku yang ada nabi palsunya, Musailimah Al-Kadzdzab) bahwa ia mendengarnya, dia berkata, Abu Hurairah berkata kepadaku: Kenalkah kamu (seorang bernama) Rajjal? Aku jawab: ya. Dia (Abu Hurairah) berkata: Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Gigi gerahamnya (Ar-Rajjal) di dalam neraka lebih besar daripada Gunung Uhud”. Dia dulunya masuk Islam kemudian murtad dan bergabung dengan Musailimah (Nabi palsu). (Musnad Al-Humaidi).

Para pembela nabi palsu diancam siksa neraka sangat dahsyat. Termasuk para pembela Ahmadiyah pada hakekatnya adalah pembela nabi palsu, karena Ahmadiyah adalah pengikut nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad.

Saef bin Umar meriwayatkan dari Thulaihah dari Ikrimah dari Abu Hurairah dia berkata, “Suatu hari aku duduk di sisi Rasulullah bersama sekelompok orang, di tengah kami hadir Ar-Rajjal bin Anfawah. Nabi bersabda,

4. إنفيكم لرجلا ضِرْسُهُ فِى النَّارِ أَعْظَمُ مِنْ أُحُدٍ

“Sesungguhnya di antara kalian ada seseorang yang gigi gerahamnya di neraka lebih besar dari Gunung Uhud.”

Kemudian aku (Abu Hurairah) perhatikan bahwa seluruh yang dulu hadir telah wafat, dan yang tinggal hanya aku dan Ar-Rajjal. Aku sangat takut menjadi orang yang disebutkan oleh Nabi tersebut hingga akhirnya Ar-Rajjal keluar mengikuti Musailimah dan membenarkan kenabiannya. Sesungguhnya fitnah Ar-Rajjal lebih besar daripada fitnah yang ditimbulkan oleh Musailimah.” Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Is-haq dari gurunya, dari Abu Hurairah ra. (Lihat Ibnu Katsir,Al-Bidayah wan-Nihayah, dalam bahasan nabi palsu Musailimah Al-Kadzdzab, atau lihat buku Hartono Ahmad Jaiz,Nabi-nabi Palsu dan Para Penyesat Umat,Pustaka Al-Kautsar, Jakrta, 2007, bab Nabi Palsu Musailimah Al-Kadzdzab).

Bagi yang bukan Ahmadiyah, kasus ini adalah ujian bagi Ummat, mau jadi munafiq alias kufur yang membela Ahmadiyah pemalsu Islam atau tetap mu’min dengan membela Islam. Juga pelajaran bagi Ummat Islam yang teguh bahwa mereka yang mengaku sebagai Muslim, baik jembel maupun tokoh bahkan bersorban atau berjulukan ulama atau kyai atau duduk di ormas yang ada lafal ulama-nya namun belum tentu pengakuannya itu benar sesuai dengan Islam. Bahkan ada yang lebih cinta kepada pemalsu Islam daripada Islam yang dipeluknya. Hingga terhadap pemalsu Islam, mereka keberatan kalau disebut sesat atau dilarang, namun terhadap yang memurnikan Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman salafus shalih justru dianggap berbahaya dan bahkan sesat.

Sikap seperti itu (kepada Ahmadiyah mereka membela dengan aneka cara, termasuk tak rela Ahmadiyah dibubarkan; namun kepada yang menegakkan sunnah atau syari’ah maka mereka memusuhi) pada dasarnya mereka hampir sama dengan Ahmadiyah pemalsu Islam itu sendiri, makanya mereka lebih nyaman bersama pendusta-pendusta agama itu. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Itulah pada dasarnya musuh-musuh Islam namun mengaku Muslim.

Pantas saja, Ahmadiyah yang memalsu Islam itu banyak pembelanya di sini. Lha wong jeroan mereka –hinga lego lilo / tulus ikhlas membela pengikut nabi palsu-- kurang lebihnya seperti itu. Laa haula walaa quwwata illaa billaah. Tiada daya (untuk melaksanakan perintah-perintah Allah) dan tiada kekuatan (untuk menjauhi larangan-Nya) kecuali karena Allah.

*Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede, penulis buku Kuburan-Kuburan Keramat di Nusantara, insya Allah dibedah di IBF Senayan Jakarta, Ruang Anggrek, Kamis 10 Maret 2011 jam 13.00.

Sumber

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih untuk tidak melakukan SPAM
Baca juga artikel menarik yang lainnya di :
http://veiledveiled.blogspot.com/

Tips Unik

Daftar Postingan